Senin, 6 Februari 2012.
Aku pulang ke solo hari ini jam 09.45 dari rumah. Aku diantar sama masku ke varia seperti biasa. Aku membawa tas gendong, tas travelling, dan magic com. Kemudian aku nunggu di depan varia. Lama banget. Biasanya kan jam 10 udah ada tuh bus ekonomi. Nha kok yang ada malah bus bisnis nusantara. Sebenarnya aku ingin ikutan bus itu karena aku udah nunggu setengah jam. Tapi ada ibu2 yang menguatkan untuk ikut bus ekonomi aja.
Kemudian jam setengah 11 bus maju makmur datang. Nggak ada tempat duduk yang tersisa. Aku dan ibu itu duduk di atas mesin, panaaaas banget. Tapi gimana lagi daripada nggak dapet tempat duduk. Sampai kertek, dudukku semakin tak nyaman karena didesel2 sama 3 ibu2. Jadi total ada 4 orang yang menaiki kursi mesin itu. Masya Allah, aku sangat tersiksa. Sekujur kakiku panas sekali. Aku pikir lebih baik aku berdiri saja, karena mereka yang berdiri tak akan merasakan panasnya mesin. Tapi batinku berkata lagi, kamu harus bersyukur karena dapat tempat duduk. Coba bayangin 3 jam berdiri apa kuat? Iya ya, aku harus bersyukur. Aku juga terus2an berdo’a dalam hati. Ya Robb, nggak papa panas seperti ini, ini baru panas dunia, gimana panasnya nerakamu Ya Robb. Na’udzubillahimindzalik. Ya Robb, tak apa aku merasakan panas ini, asalkan berilah hamba kekuatan, keselamatan, dan kesehatan Ya Robb untuk menghadapi ini. Sembari berdo’a bismillahi tawakkaltu ‘alallohi la haula wa la kuwwata illa billah. Subhanalladzi sakkhorolana hadza wa ma kunna lahu mukrinina wa inna illa robbina la mun qolibun. Ku baca berulang2 sampai hatiku tenang. Tak lama kemudian, mbak2 di belakangku teriak. Hah, kenapa ini? Aku tengok ke belakang, ternyata radiatornya berasap. Kebul2 tak karuan. Dan aku memilih untuk berdiri karena panasnya mesin makin terasa. Kondektur bus mengucuri radiator dengan 2 botol air mineral besar. Dan ditutupi dengan handuk. Lama, lima menit mungkin. Kemudian sopir merasa nggak kuat ngegas lagi karena penumpangnya overload (150 mungkin). Terus pak sopir bilang, ayo kita berhenti di atas situ, ini udah nggak kuat lagi. Kata kondektur, ah masih kuat kok, sambil ngocor2in air.
Nha kok tiba2 busnya mandeg, karena memang nggak kuat lagi. Orang2 pada terdiam dan 2 detik kemudian pada panik sambil turun berlarian. Cepet cepet ni mau kebakar, kata salah seorang penumpang yang menambah kepanikan penumpang lain termasuk aku. Sopir dan kondektur malah santai aja. Tenang aja, nggak kenapa2 kok, sambil ngucur2n air. Aku pun ikut panik dan mengambil tas travellingku dengan cepat. Aku mau mengambil magic com. Tanganku udah bisa meraih magic com, Cuma nggak bisa ngangkat, jadi aku udah turun, tapi tanganku masih di dalam. Ada mas2 baik hati yang mengangkatkan magic com. Aku tak sempat berterima kasih. Aku pun berjalan menjauhi bus itu, takut meledak duar. Lalu tiba2 aku dirubung oleh 2 mbak2 dan 1 ibu2 tadi. Kami membentuk forum membahas kelalaian bus maju makmur tersebut. Tak kunjung ada solusi, tiba2 bus sumeh lewat. Beberapa orang memilih melanjutkan perjalanan dengan bus sumeh. Aku pun masih ikut dalam forum merencanakan baiknya gimana. Akhirnya kelamaan diskusi, aku memutuskan untuk ikut bus sumeh. Biarin bayar lagi yang penting aku bisa nyampe solo sore ini. Dan keadaannya nggak jauh beda. Aku tetap berdiri.
Ada bapak2 yang bilang, dik duduk di depan dekat sopir aja. Aku bilang, emang boleh didudukin ya pak? Karena kursinya terlihat dinunggingin. Dan aku menghampiri kursi depan dengan terengah2 smabil nggeret barang bawaan. Pak, kursinya boleh didudukin nggak? Udah ada yang punya dik, jawab pak kondektur judes. Akhirnya aku pasrah berdiri di depan. Lama kelamaan mundur karena banyak penumpang. Aku pun akhirnya terlempar ke tengah. Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam. Hampir 3 jam aku berdiri. Aku udah merasa pusing dan nggak kuat berdiri. Tas gendong aku taruh di bawah dan aku duduk nglemprak. Tak peduli siapa depanku dan siapa belakangku. Aku duduk di alas bus dengan malangnya. Tak ada yang menanyakan kenapa dik, pusing ya? Ini kursiku didudukin aja. Nggak ada sama sekali, semua apatis. Sampai terminal ambarawa, aku berdiri. Menuju terminal bawen, aku merasakan pusing lagi. Aku pun duduk lagi di tengah para penumpang yang berdiri. Masya Allah, rasanya seperti saat ospek satu setengah tahun yang lalu. Pingsan, dehidrasi, dan darah rendah. Aku butuh minum atau kayu putih. Tapi aku nggak bawa itu semua. Karena biasanya aku memang nggak suka minum di bus.
Pasrah, dan beristighfar dalam hati, sambil memejamkan mata. Akhirnya aku pun duduk di kursi. Itu pun tak lama, hanya 5 menit. Kemudian sampingku merokok dengan nistanya. Aku pun sehera menutup hidung. Aku nggak ingin jadi perokok pasif.
Kemudian sampai terminal bawen. Sopir dan kondektur tidak merencanakan untuk masuk ke dalam terminal bawen karena jam terbang mepet. Kemudian ada pak polisi yang mengarahkan untuk masuk ke dalam terminal. Alhamdulillah. Aku tak perlu repot2 gotong barang sampai ke dalam terminal, ujarku.
Lalu aku naik bus semarnag solo berAC. Alhamdulillah, nyaman sekali. Sekaligus menenggak air putih yang ku beli dari pedangang asongan. Benar, aku dehidrasi dan hipotensi.
Di sampingku duduklah bapak2 usia 40 tahun. Dia bercerita tentang 7 bersaudara dan betapa berbakti dan akur2 mereka. Terus bercerita tentang profesi, anak, solo, wonosobo, dan keponakan. Katanya dia punya keponakan yang seumuran aku, kelahiran 91. Terus lama kelamaan bicara nggak penting, aku Cuma nggih2 ora kepanggih. Terakhir dia bilang. Besok mampir aja kalo di solo, ke rumah saya di bekonang. Nanti saya kasih no. Hp saya (liat aku sedang smsan jadi pingin ngasih no. Hp dia). Aku bilang nggak sempat main pak karena sibuk kuliah dan nggak ada motor. Hp pun ku masukkan. Dia nggak nanya2 lagi sampai aku turun di kerten. Aku pun pamit. Jangan2 salam batinnya gue jodohin elu sama keponakan gue #yaela
Karena sudah lelah, akhirnya aku naik taksi menuju kost. Biar mahalpun, aku sudah capek soalnya dengan berdiri 4 jam di bus. Hmmm.
Sampai kost disambut Hasri dan Eka dengan cerita dan senyuman waaah. Seakan hilang lelah dan letihku tadi. Aku pun langsung membersihkan seisi kost yang sudah 5 minggu tak tersentuh.
Semoga ada hikmah di balik cobaan.
2 komentar:
alhamdulillah,sampai dengan selamat^^
Alhamdulillah mbak. Salam blogwalking. Blogmu bagus mbak, inspiratif ^^
Posting Komentar