Senin, 09 Juli 2012
Shopping euy!
Singgah ataupun menetap di Kota Solo sangat rugi kalo tidak mengunjungi tempat2 pusat perbelanjaan. Di Solo, bisa mendapatkan barang2 murah dengan kualitas yang tak kalah bagusnya. Dan inilah tempat2 yang biasa ku kunjungi untuk berbelanja:
1. LUWES,
LUWES adalah salah satu pusat perbelanjaan di Kota Solo yang menyediakan berbagai macam kebutuhan, salah satunya kebutuhan anak kost. Harganya juga murah2 loh.
2. PGS (Pusat Grosir Solo),
PGS menyediakan segala macam kebutuhan sandang seperti baju batik, baju tidur, baju kuliah, gamis, jilbab, kebutuhan bayi, dan masih banyak lagi. Murah meriah karena bisa ditawar, kualitasnya juga oke punya.
3. BTC (Benteng Trade Center),
Di BTC, menyediakan berbagai macam kain (kebaya, batik, kain sutra, nilon, katun dsb), aneka tas sekolah dan tas bergaya, sepatu dan andal aneka model dan warna. Ada juga jilbab dan aneka model baju batik dijual di sini. Harganya mulai dari murah sampai mahal ada smua di sini.
4. Mall Solo Paragon,
Seperti Solo Square dan Solo Grand Mall, Solo Paragon adalah salah satu mall yang terhitung masih baru di Kota Solo. Tatanan Solo Paragon mirip salah satu mall di Jogjakarta. Namun ada beberapa bangunan yang belum jadi. Solo Paragon bisa jadi pilihan tempat berbelanja juga karena ada Carefour dan food courtnya. Semoga XXI nya segera dirilis
Tak ketinggalan wisata kulinernya. Aku pun mencoba singgah di Serabi Notosuman. Luar biasa kelezatan Serabi Notosuman ini, tiada duanya! Manis, legit, dan gurihnya menggoyang lidah.
Masih banyak tempat yang belum ku singgahi. Nggak menyesal nih kuliah di Solo, karena tambah pengalaman shoppingnya :)
Organisasi
Tak terlewatkan pula agenda organisasi mewarnai aktivitasku di semester 4. Adapun event2 organisasi yang mewarnai antara lain Lomba Cerpen Islami, Kajian Bareng, Bulletin An Nafs, Tahsin, Pengembangan Mushola, Infaq, Blogging, n Tausiyah Cell. Pengalaman semester ini membawaku semakin pengalaman dalam mengemban tugas sekretaris komite. Semangat berorganisasi dan berdakwah! Kunjungi Blog Komite Kerohanian Islam Himapsi UNS di www.kerohanianislamhimapsiuns.blogspot.com
Afika oh Afika
Dan inilah kisah yang paling berkesan di semester 4 ini. Alhamdulillah telah lahir ponakanku yang pertama, Deandra Afika Rafania. Do’aku untuk Afika, semoga Afika menjadi anak sholehah dan cantik luar dalam. Bisa membahagiakan dan menjunjung tinggi kedua orang tua. Menjadi anak yang pandai dan sukses dunia akhirat.
Do’a untuk Buah Hati “Deandra Afika Rafania”
♥“Ja’alallahu mubaarokan ‘alaika wa ‘ala ummati Muhammadin”
Artinya, “Semoga Allah menjadikannya anak yang diberkahi atasmu dan atas umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam”
♥‘Baarokallohu laka fil mauhuubi laka wa sayakartal Waahib wa balagho asyuddahu wa ruziqta birrohu’.”
“Semoga Allah memberkahimu dalam anak yang diberikan kepadamu. Kamu pun bersyukur kepada Sang Pemberi, dan dia dapat mencapai dewasa, serta kamu dikaruniai kebaikannya.”
Aamiin ya Robbal ‘alamin.
Psikologi Eksperimen
Awal kuliah terasa hampa karena belum banyak pelajaran yang full. Hingga pertengahan kuliah, ternyata kesibukan mendera mahasiswa semester 4 Psikologi UNS, salah satunya dengan psikologi eksperimen. Setiap minggu di bulan Maret-April, kami disibukkan dengan praktikum. Praktikumnya bukan menggunakan alat2 biologi maupun teknis seperti jurusan lainnya, melainkan menggunakan alat tes psikologi untuk menguji testee dalam berbagai bidang (sopir, teknisi, montir, berdandan, dll). Di sini kami dilatih untuk menjadi tester dan testee. Alhamdulilllah, teman2 baru di kelompok psikologi eksperimen 2A begitu menyenangkan, kocak, dan antusias. Hingga akhirnya kami bergelut dengan tugas akhir psikologi eksperimen untuk membuat penelitian eksperimen. Walaupu hasilnya tidak signifikan, tapi memuaskan nilainya. Alhamdulillah, terima kasih atas segala kebersamaan, keceriaan, dan kekompakannya selama ini :)
Wisuda Mbak Kost (Part II)
Pada awal Maret, mbak kostku menyelesaikan tugasnya sebagai mahasiswa psikologi dengan meraih gelar S.Psi. Kenangan manis bersama mbak kost sangat berkesan dan tak terlupakan. Selamat wisuda Mbak Maria, S.Psi. Semoga kesuksesan selalu menyertaimu. Aamiin :)
Jogja oh Jogja
Seperti semester2 sebelumnya, aku dan teman2ku hunting buku kuliah di Shopping, Jogja. Karena di Solo nampaknya belum ada tempat penjualan buku kuliah yang murah dan meriah seperti di shopping. Kami bertiga naik prameks menuju Kota Jogjakarta. Lalu disambung dengan transjogja, kami pun turun di Taman Pintar dan langsung menuju Shopping. Setelah mencari2 buku2, kami singgah di food court untuk makan siang dan di masjid untuk sholat Dzuhur.
Tak ingin rugi, kami pun mengunjungi salah satu tempat wisata di Jogja, yaitu Taman Sari. Taman Sari dulunya adalah tempat pemandian putri raja di Keraton Jogjakarta. Kami menuju Taman Sari dengan naik delman. Tak lama kemudian, kami sampai ke Taman Sari dan berkeliling di sekitar bangunan tua itu. Tak lupa kami juga berfoto2 ria sampai tak terasa, waktu sudah sore. Kami pun naik taksi menuju Stasiun Tugu. Dan selamat tinggal Jogja, kami pun kembali ke Solo untuk menempuh kuliah di semester 4 berbekal buku2 yang sudah kami beli ^^
Agenda Semester 4
Assalamu’alaikum bloggers, lama sudah tak coret2 di blog, karena kesibukan di semester 4. Di sesi ini, aku ingin menuliskan sekelumit agenda selama semester 4. Check this out! :)
Selasa, 14 Februari 2012
Life Event Scale, Mengukur Stress dalam Perubahan Hidup
PERISTIWA/KEHIDUPAN (NILAI)
Kematian suami/Istri (100)
Perceraian (73)
Hidup terpisah dalam perkawinan (65)
Hukuman penjara (63)
Kematian anggota keluarga dekat (63)
Luka atau sakit (diri sendiri) (53)
Perkawinan (50)
Dipecat dari pekerjaan (47)
Rukun kembali antara suami-istri (45)
Pensiun (45)
Perubahan kesehatan anggota keluarga (44)
Kehamilan (40)
Masalah seksual (39)
Mendapat anggota keluarga baru (39)
Penyesuaian kembali dalam bisnis (39)
Perubahan situasi keuangan (38)
Kematian teman dekat (37)
Perubahan bidang pekerjaan (36)
Penyitaan barang yang digadaikan (30)
Perubahan tanggung jawab pada pekerjaan (29)
Masalah dengan keluarga suami/istri (29)
Prestasi hebat seseorang (28)
Istri mulai/berhenti bekerja (26)
Mulai/mengakhiri sekolah (26)
Perubahan kondisi kehidupan (25)
Mengubah kebiasaan pribadi (24)
Masalah dengan bos (23)
Pindah rumah (20)
Pindah sekolah (20)
Pindah rekreasi (19)
Perubahan kegiatan keagamaan (19)
Perubahan kegiatan sosial (18)
Perubahan kebiasaan tidur (16)
Perubahan kebiasaan makan (15)
Liburan (13)
Natal (12)
Pelanggaran hukum ringan (11)
Kematian suami/Istri (100)
Perceraian (73)
Hidup terpisah dalam perkawinan (65)
Hukuman penjara (63)
Kematian anggota keluarga dekat (63)
Luka atau sakit (diri sendiri) (53)
Perkawinan (50)
Dipecat dari pekerjaan (47)
Rukun kembali antara suami-istri (45)
Pensiun (45)
Perubahan kesehatan anggota keluarga (44)
Kehamilan (40)
Masalah seksual (39)
Mendapat anggota keluarga baru (39)
Penyesuaian kembali dalam bisnis (39)
Perubahan situasi keuangan (38)
Kematian teman dekat (37)
Perubahan bidang pekerjaan (36)
Penyitaan barang yang digadaikan (30)
Perubahan tanggung jawab pada pekerjaan (29)
Masalah dengan keluarga suami/istri (29)
Prestasi hebat seseorang (28)
Istri mulai/berhenti bekerja (26)
Mulai/mengakhiri sekolah (26)
Perubahan kondisi kehidupan (25)
Mengubah kebiasaan pribadi (24)
Masalah dengan bos (23)
Pindah rumah (20)
Pindah sekolah (20)
Pindah rekreasi (19)
Perubahan kegiatan keagamaan (19)
Perubahan kegiatan sosial (18)
Perubahan kebiasaan tidur (16)
Perubahan kebiasaan makan (15)
Liburan (13)
Natal (12)
Pelanggaran hukum ringan (11)
Rabu, 08 Februari 2012
On The Way Wonosobo-Solo, Full Struggle
Senin, 6 Februari 2012.
Aku pulang ke solo hari ini jam 09.45 dari rumah. Aku diantar sama masku ke varia seperti biasa. Aku membawa tas gendong, tas travelling, dan magic com. Kemudian aku nunggu di depan varia. Lama banget. Biasanya kan jam 10 udah ada tuh bus ekonomi. Nha kok yang ada malah bus bisnis nusantara. Sebenarnya aku ingin ikutan bus itu karena aku udah nunggu setengah jam. Tapi ada ibu2 yang menguatkan untuk ikut bus ekonomi aja.
Kemudian jam setengah 11 bus maju makmur datang. Nggak ada tempat duduk yang tersisa. Aku dan ibu itu duduk di atas mesin, panaaaas banget. Tapi gimana lagi daripada nggak dapet tempat duduk. Sampai kertek, dudukku semakin tak nyaman karena didesel2 sama 3 ibu2. Jadi total ada 4 orang yang menaiki kursi mesin itu. Masya Allah, aku sangat tersiksa. Sekujur kakiku panas sekali. Aku pikir lebih baik aku berdiri saja, karena mereka yang berdiri tak akan merasakan panasnya mesin. Tapi batinku berkata lagi, kamu harus bersyukur karena dapat tempat duduk. Coba bayangin 3 jam berdiri apa kuat? Iya ya, aku harus bersyukur. Aku juga terus2an berdo’a dalam hati. Ya Robb, nggak papa panas seperti ini, ini baru panas dunia, gimana panasnya nerakamu Ya Robb. Na’udzubillahimindzalik. Ya Robb, tak apa aku merasakan panas ini, asalkan berilah hamba kekuatan, keselamatan, dan kesehatan Ya Robb untuk menghadapi ini. Sembari berdo’a bismillahi tawakkaltu ‘alallohi la haula wa la kuwwata illa billah. Subhanalladzi sakkhorolana hadza wa ma kunna lahu mukrinina wa inna illa robbina la mun qolibun. Ku baca berulang2 sampai hatiku tenang. Tak lama kemudian, mbak2 di belakangku teriak. Hah, kenapa ini? Aku tengok ke belakang, ternyata radiatornya berasap. Kebul2 tak karuan. Dan aku memilih untuk berdiri karena panasnya mesin makin terasa. Kondektur bus mengucuri radiator dengan 2 botol air mineral besar. Dan ditutupi dengan handuk. Lama, lima menit mungkin. Kemudian sopir merasa nggak kuat ngegas lagi karena penumpangnya overload (150 mungkin). Terus pak sopir bilang, ayo kita berhenti di atas situ, ini udah nggak kuat lagi. Kata kondektur, ah masih kuat kok, sambil ngocor2in air.
Nha kok tiba2 busnya mandeg, karena memang nggak kuat lagi. Orang2 pada terdiam dan 2 detik kemudian pada panik sambil turun berlarian. Cepet cepet ni mau kebakar, kata salah seorang penumpang yang menambah kepanikan penumpang lain termasuk aku. Sopir dan kondektur malah santai aja. Tenang aja, nggak kenapa2 kok, sambil ngucur2n air. Aku pun ikut panik dan mengambil tas travellingku dengan cepat. Aku mau mengambil magic com. Tanganku udah bisa meraih magic com, Cuma nggak bisa ngangkat, jadi aku udah turun, tapi tanganku masih di dalam. Ada mas2 baik hati yang mengangkatkan magic com. Aku tak sempat berterima kasih. Aku pun berjalan menjauhi bus itu, takut meledak duar. Lalu tiba2 aku dirubung oleh 2 mbak2 dan 1 ibu2 tadi. Kami membentuk forum membahas kelalaian bus maju makmur tersebut. Tak kunjung ada solusi, tiba2 bus sumeh lewat. Beberapa orang memilih melanjutkan perjalanan dengan bus sumeh. Aku pun masih ikut dalam forum merencanakan baiknya gimana. Akhirnya kelamaan diskusi, aku memutuskan untuk ikut bus sumeh. Biarin bayar lagi yang penting aku bisa nyampe solo sore ini. Dan keadaannya nggak jauh beda. Aku tetap berdiri.
Ada bapak2 yang bilang, dik duduk di depan dekat sopir aja. Aku bilang, emang boleh didudukin ya pak? Karena kursinya terlihat dinunggingin. Dan aku menghampiri kursi depan dengan terengah2 smabil nggeret barang bawaan. Pak, kursinya boleh didudukin nggak? Udah ada yang punya dik, jawab pak kondektur judes. Akhirnya aku pasrah berdiri di depan. Lama kelamaan mundur karena banyak penumpang. Aku pun akhirnya terlempar ke tengah. Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam. Hampir 3 jam aku berdiri. Aku udah merasa pusing dan nggak kuat berdiri. Tas gendong aku taruh di bawah dan aku duduk nglemprak. Tak peduli siapa depanku dan siapa belakangku. Aku duduk di alas bus dengan malangnya. Tak ada yang menanyakan kenapa dik, pusing ya? Ini kursiku didudukin aja. Nggak ada sama sekali, semua apatis. Sampai terminal ambarawa, aku berdiri. Menuju terminal bawen, aku merasakan pusing lagi. Aku pun duduk lagi di tengah para penumpang yang berdiri. Masya Allah, rasanya seperti saat ospek satu setengah tahun yang lalu. Pingsan, dehidrasi, dan darah rendah. Aku butuh minum atau kayu putih. Tapi aku nggak bawa itu semua. Karena biasanya aku memang nggak suka minum di bus.
Pasrah, dan beristighfar dalam hati, sambil memejamkan mata. Akhirnya aku pun duduk di kursi. Itu pun tak lama, hanya 5 menit. Kemudian sampingku merokok dengan nistanya. Aku pun sehera menutup hidung. Aku nggak ingin jadi perokok pasif.
Kemudian sampai terminal bawen. Sopir dan kondektur tidak merencanakan untuk masuk ke dalam terminal bawen karena jam terbang mepet. Kemudian ada pak polisi yang mengarahkan untuk masuk ke dalam terminal. Alhamdulillah. Aku tak perlu repot2 gotong barang sampai ke dalam terminal, ujarku.
Lalu aku naik bus semarnag solo berAC. Alhamdulillah, nyaman sekali. Sekaligus menenggak air putih yang ku beli dari pedangang asongan. Benar, aku dehidrasi dan hipotensi.
Di sampingku duduklah bapak2 usia 40 tahun. Dia bercerita tentang 7 bersaudara dan betapa berbakti dan akur2 mereka. Terus bercerita tentang profesi, anak, solo, wonosobo, dan keponakan. Katanya dia punya keponakan yang seumuran aku, kelahiran 91. Terus lama kelamaan bicara nggak penting, aku Cuma nggih2 ora kepanggih. Terakhir dia bilang. Besok mampir aja kalo di solo, ke rumah saya di bekonang. Nanti saya kasih no. Hp saya (liat aku sedang smsan jadi pingin ngasih no. Hp dia). Aku bilang nggak sempat main pak karena sibuk kuliah dan nggak ada motor. Hp pun ku masukkan. Dia nggak nanya2 lagi sampai aku turun di kerten. Aku pun pamit. Jangan2 salam batinnya gue jodohin elu sama keponakan gue #yaela
Karena sudah lelah, akhirnya aku naik taksi menuju kost. Biar mahalpun, aku sudah capek soalnya dengan berdiri 4 jam di bus. Hmmm.
Sampai kost disambut Hasri dan Eka dengan cerita dan senyuman waaah. Seakan hilang lelah dan letihku tadi. Aku pun langsung membersihkan seisi kost yang sudah 5 minggu tak tersentuh.
Semoga ada hikmah di balik cobaan.
Aku pulang ke solo hari ini jam 09.45 dari rumah. Aku diantar sama masku ke varia seperti biasa. Aku membawa tas gendong, tas travelling, dan magic com. Kemudian aku nunggu di depan varia. Lama banget. Biasanya kan jam 10 udah ada tuh bus ekonomi. Nha kok yang ada malah bus bisnis nusantara. Sebenarnya aku ingin ikutan bus itu karena aku udah nunggu setengah jam. Tapi ada ibu2 yang menguatkan untuk ikut bus ekonomi aja.
Kemudian jam setengah 11 bus maju makmur datang. Nggak ada tempat duduk yang tersisa. Aku dan ibu itu duduk di atas mesin, panaaaas banget. Tapi gimana lagi daripada nggak dapet tempat duduk. Sampai kertek, dudukku semakin tak nyaman karena didesel2 sama 3 ibu2. Jadi total ada 4 orang yang menaiki kursi mesin itu. Masya Allah, aku sangat tersiksa. Sekujur kakiku panas sekali. Aku pikir lebih baik aku berdiri saja, karena mereka yang berdiri tak akan merasakan panasnya mesin. Tapi batinku berkata lagi, kamu harus bersyukur karena dapat tempat duduk. Coba bayangin 3 jam berdiri apa kuat? Iya ya, aku harus bersyukur. Aku juga terus2an berdo’a dalam hati. Ya Robb, nggak papa panas seperti ini, ini baru panas dunia, gimana panasnya nerakamu Ya Robb. Na’udzubillahimindzalik. Ya Robb, tak apa aku merasakan panas ini, asalkan berilah hamba kekuatan, keselamatan, dan kesehatan Ya Robb untuk menghadapi ini. Sembari berdo’a bismillahi tawakkaltu ‘alallohi la haula wa la kuwwata illa billah. Subhanalladzi sakkhorolana hadza wa ma kunna lahu mukrinina wa inna illa robbina la mun qolibun. Ku baca berulang2 sampai hatiku tenang. Tak lama kemudian, mbak2 di belakangku teriak. Hah, kenapa ini? Aku tengok ke belakang, ternyata radiatornya berasap. Kebul2 tak karuan. Dan aku memilih untuk berdiri karena panasnya mesin makin terasa. Kondektur bus mengucuri radiator dengan 2 botol air mineral besar. Dan ditutupi dengan handuk. Lama, lima menit mungkin. Kemudian sopir merasa nggak kuat ngegas lagi karena penumpangnya overload (150 mungkin). Terus pak sopir bilang, ayo kita berhenti di atas situ, ini udah nggak kuat lagi. Kata kondektur, ah masih kuat kok, sambil ngocor2in air.
Nha kok tiba2 busnya mandeg, karena memang nggak kuat lagi. Orang2 pada terdiam dan 2 detik kemudian pada panik sambil turun berlarian. Cepet cepet ni mau kebakar, kata salah seorang penumpang yang menambah kepanikan penumpang lain termasuk aku. Sopir dan kondektur malah santai aja. Tenang aja, nggak kenapa2 kok, sambil ngucur2n air. Aku pun ikut panik dan mengambil tas travellingku dengan cepat. Aku mau mengambil magic com. Tanganku udah bisa meraih magic com, Cuma nggak bisa ngangkat, jadi aku udah turun, tapi tanganku masih di dalam. Ada mas2 baik hati yang mengangkatkan magic com. Aku tak sempat berterima kasih. Aku pun berjalan menjauhi bus itu, takut meledak duar. Lalu tiba2 aku dirubung oleh 2 mbak2 dan 1 ibu2 tadi. Kami membentuk forum membahas kelalaian bus maju makmur tersebut. Tak kunjung ada solusi, tiba2 bus sumeh lewat. Beberapa orang memilih melanjutkan perjalanan dengan bus sumeh. Aku pun masih ikut dalam forum merencanakan baiknya gimana. Akhirnya kelamaan diskusi, aku memutuskan untuk ikut bus sumeh. Biarin bayar lagi yang penting aku bisa nyampe solo sore ini. Dan keadaannya nggak jauh beda. Aku tetap berdiri.
Ada bapak2 yang bilang, dik duduk di depan dekat sopir aja. Aku bilang, emang boleh didudukin ya pak? Karena kursinya terlihat dinunggingin. Dan aku menghampiri kursi depan dengan terengah2 smabil nggeret barang bawaan. Pak, kursinya boleh didudukin nggak? Udah ada yang punya dik, jawab pak kondektur judes. Akhirnya aku pasrah berdiri di depan. Lama kelamaan mundur karena banyak penumpang. Aku pun akhirnya terlempar ke tengah. Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam. Hampir 3 jam aku berdiri. Aku udah merasa pusing dan nggak kuat berdiri. Tas gendong aku taruh di bawah dan aku duduk nglemprak. Tak peduli siapa depanku dan siapa belakangku. Aku duduk di alas bus dengan malangnya. Tak ada yang menanyakan kenapa dik, pusing ya? Ini kursiku didudukin aja. Nggak ada sama sekali, semua apatis. Sampai terminal ambarawa, aku berdiri. Menuju terminal bawen, aku merasakan pusing lagi. Aku pun duduk lagi di tengah para penumpang yang berdiri. Masya Allah, rasanya seperti saat ospek satu setengah tahun yang lalu. Pingsan, dehidrasi, dan darah rendah. Aku butuh minum atau kayu putih. Tapi aku nggak bawa itu semua. Karena biasanya aku memang nggak suka minum di bus.
Pasrah, dan beristighfar dalam hati, sambil memejamkan mata. Akhirnya aku pun duduk di kursi. Itu pun tak lama, hanya 5 menit. Kemudian sampingku merokok dengan nistanya. Aku pun sehera menutup hidung. Aku nggak ingin jadi perokok pasif.
Kemudian sampai terminal bawen. Sopir dan kondektur tidak merencanakan untuk masuk ke dalam terminal bawen karena jam terbang mepet. Kemudian ada pak polisi yang mengarahkan untuk masuk ke dalam terminal. Alhamdulillah. Aku tak perlu repot2 gotong barang sampai ke dalam terminal, ujarku.
Lalu aku naik bus semarnag solo berAC. Alhamdulillah, nyaman sekali. Sekaligus menenggak air putih yang ku beli dari pedangang asongan. Benar, aku dehidrasi dan hipotensi.
Di sampingku duduklah bapak2 usia 40 tahun. Dia bercerita tentang 7 bersaudara dan betapa berbakti dan akur2 mereka. Terus bercerita tentang profesi, anak, solo, wonosobo, dan keponakan. Katanya dia punya keponakan yang seumuran aku, kelahiran 91. Terus lama kelamaan bicara nggak penting, aku Cuma nggih2 ora kepanggih. Terakhir dia bilang. Besok mampir aja kalo di solo, ke rumah saya di bekonang. Nanti saya kasih no. Hp saya (liat aku sedang smsan jadi pingin ngasih no. Hp dia). Aku bilang nggak sempat main pak karena sibuk kuliah dan nggak ada motor. Hp pun ku masukkan. Dia nggak nanya2 lagi sampai aku turun di kerten. Aku pun pamit. Jangan2 salam batinnya gue jodohin elu sama keponakan gue #yaela
Karena sudah lelah, akhirnya aku naik taksi menuju kost. Biar mahalpun, aku sudah capek soalnya dengan berdiri 4 jam di bus. Hmmm.
Sampai kost disambut Hasri dan Eka dengan cerita dan senyuman waaah. Seakan hilang lelah dan letihku tadi. Aku pun langsung membersihkan seisi kost yang sudah 5 minggu tak tersentuh.
Semoga ada hikmah di balik cobaan.
Rabu, 01 Februari 2012
Psychology, Not Too Bad, Psychology is The Best!
Well, gak terasa sudah satu setengah tahun aku berada di Kota Solo, menempa ilmu psikologi. So far, psychology is very very interesting. Makin tinggi semester, makin beragam ilmu psikologi yang dipelajari dan makin menarik.
Meski aku dulunya tak ingin di sini. Cita2ku dulu menjadi seorang akuntan, karena prospeknya cerah. Maka, setelah lulus SMA, aku mendaftar di beberapa universitas yang berjuruskan akuntansi. Idealis memang. Mungkin juga tidak realistis bagi beberapa orang di sekitarku karena aku sekolah di jurusan IPA, tapi tertarik dan mendaftar di jurusan rumpun sosial-ekonomi, akuntansi.
Motivasiku mungkin pertama dari kedua kakakku yang mengambil kuliah jurusan manajemen dan perpajakan. Saudara2 sepupuku mayoritas berkuliah di jurusan akuntansi. Mungkin berkiblat dari situlah, aku bersikeras untuk menembus jurusan itu.
Awalnya aku ditawari PMDK UI. Waktu itu bulan Januari 2010. Aku berusaha up to date informasi perkuliahan dari BK, internet, kakak tingkat, pokoknya tanya sana sini. Googling sana sini, meskipun waktu itu fasilitas internet aku dapatkan dari HP (males bolak balik warnet). Akhirnya setelah mempertimbangkan berbagai hal, aku mendaftar PMDK akuntansi UI. Berani sekali mungkin. Guru BK saja sudah mengingatkan, tahun lalu kakak tingkat ada yang tidak lolos masuk akuntansi UI, karena dari IPA. Tapi dengan segala keidealisan, aku mendaftarnya. Dan aku harus mengikhlaskannya karena aku tidak diterima di jurusan ini.
Aku pun mendaftar akuntansi UI melalui jalur lainnya, SIMAK UI dan UMB. Lagi2 juga tidak ada yang diterima. Akhirnya aku mendaftar UM UGM, dengan menempatkan akuntansi pada urutan pertama tentunya. Dan lagi2 juga tidak diterima. Mungkin juga karena pengetahuan sosial-ekonomiku belum terasah dibandingkan dengan anak IPS lain. Intinya kalah bersaing. Air mataku mungkin sampai habis karena tidak kunjung diterima di universitas. Sampai akhirnya aku menurunkan idealisku dengan mempertimbangkan psikologi sebagai alternatif lain. Aku juga menurunkan grade di SNMPTN, karena UI dan UGM kuotanya sangat sedikit. Dan aku juga harus mengalah, dengan menembak UNS sebagai tempat kuliahku. Padahal aku belum pernah ke Solo sama sekali. Tapi biarlah karena yang kuota UNS memang paling besar di SNMPTN dan biaya hidup juga lebih miring dibandingkan dengan kota lainnya.
Berikut jurusan yang aku pilih pada saat mendaftar kuliah:
1.PMDK UI
Akuntansi
2.UM UGM
Akuntansi
Ilmu Gizi
Psikologi
3.SIMAK UI
Akuntansi
Ilmu Gizi
Psikologi
4.UMB
Psikologi UI
Kesehatan Masyarakat UI
Gizi UI
Akuntansi UNNES
5.SNMPTN
Akuntansi UNS
Psikologi UNS
Peternakan UNDIP
6.STAN
Perpajakan
PBB
Akuntansi
Setelah ditolak semua dari nomer 1 sampai dengan 4, aku pun mengikuti ujian SNMPTN. Soal2 Ujian Masuk sudah aku pelajari, dari yang offline sampai online. Untuk SNMPTN, aku hanya mempelajari buku SNMPTN pemberian mbakku, sepintas saja. Aku malah mantengin belajar di STAN. Karena soal SNMPTN itu lebih susah dan njlimet, harus pake trik untuk mengerjakannya.
Ujian SNMPTN dan STAN berturut2. Setelah SNMPTN, barulah USM STAN. Aku bolak balik ke Jogja untuk ujian tersebut.
Waktu pengumuman SNMPTN, aku sudah pasrah. Aku sangat pesimis dan memikirkan kemungkinan terburuk diterima di peternakan, dan aku harus bisa menjadi peternak yang sukses. Dan takdir berkata lain. Allah menghendaki aku kuliah di Psikologi UNS. Subhanallah. Aku sangat bahagia sekali waktu itu karena diterima di PTN dengan jerih payahku selama ini.
Akan tetapi, keinginan untuk menjadi akuntan masih tersimpan. Waktu itu pertama kali aku ke Solo, aku merasakan inilah kampusku. Tapi nuraniku berkata, apakah aku bisa mendalami dan tertarik di psikologi?
Aku masih berharap untuk diterima STAN. Tapi takdir berkata lain, STAN menolakku.
Akhirnya dengan bersyukur, aku mengikuti perkuliahan di psikologi UNS. Meskipun aku masih asing dengan apa itu psikologi. Bagaimana prospek ke depannya? Apakah materinya menarik ya? Hmm.
Semester 1. Mata kuliah yang berbau psikologi baru 1, yaitu psikologi umum I, sebagai dasar untuk mempelajari ilmu lainnya. Sering banget pas semester 1 pas lagi pelajaran sampai ketiduran. Ya, karena materinya masih sangat membosankan, masih berbau SMA. Pikirku waktu itu. Tapi gimana pun, aku harus mengupayakan yang terbaik karena di sinilah aku bertahan dan menuntut ilmu. Aku tidak boleh mengecewakan orang2 yang ku sayang.
Semester 2. Materi yang berbau psikologi makin banyak, tetapi baru pengantar. Hmm, cukup menarik dan aku bersemangat kuliah semester ini. Di samping semangat kuliah, aku nyambi belajar untuk USM STAN 2011. Sejak bulan Januari aku mempelajari materi TPA dan TOEFL. Dan update info tentunya. Hingga bulan Juni aku menekuni materi USM STAN. Ya, dalam lubuk hatiku, aku ingin mengejar mimpiku, menjadi seorang akuntan. Tapi apa dikata, ketika pengumuman pendaftaran dibuka, ternyata peraturannya baru. Aku tidak masuk kualifikasi pendaftaran tentang usia. Usiaku 20 tahun lebih 1 bulan per September 2011. Ya Robb, aku menangis sejadi2nya. Jalan untuk menuju mimpi rasannya tertutup begitu saja. Usahaku untuk belajar seakan sia2. Akhirnya dengan penuh perenungan. Ya, mungkin menjadi akuntan bukan yang terbaik. Psikologi, itulah jalan terbaik yang sedang kau tempuh. Aku pun mulai mencintai psikologi sepenuh hati.
Semester 3 aku kuliah dengan semangat menggebu. Dan mengubur impianku untuk kuliah di jurusan akuntansi. Realistisku sekarang bisa mengalahkan idealisku.
Alangkah bahagianya aku, di sini aku menemukan teman-teman terbaik yang pernah aku miliki. Teman dari berbagai daerah dengan berbagai karakter dan ceritanya masing2. Teman2 kost yang penuh dengan kekeluargaan, sahabat2 kampus yang menyenangkan, teman2 organisasi yang menentramkan. Belum lagi dosen yang berwibawa dan intelektual, TU yang kocak, satpam yang ramah, ibu kantin yang selalu menyediakan makanan untuk perut lapar kami. Kakak tingkat yang menginspirasi. Adik tingkat yang menghormati. Semuanya ada di sini, di psikologi UNS tercinta.
Belum lagi menjadi panitia proker2 Himapsi. Dari workshop broadcasting, Lomba Cerpen Islami, Baksos, Serunai Ramadhan, Seminar Psikologi Islam, Wisuda, Kajian Bareng, Islamic Discussion, Osmaru. Selain menjadi panitia juga menjadi peserta seminar, antara lain seminar adiksi seksual, seminat kesehatan mental, kuliah umum, dan sebagainya. Dalam seminar ku temukan sosok2 yang menginspirasi, salah satunya Tika Bisono, S.Psi, M.PsiT.
Selain itu ada makrab, foto angkatan, jalan sehat, Study Visit ke Jakarta (salah satunya ke UI), membeli buku pelajaran ke Shopping Jogja bareng2, dan menghadiri wisuda kakak tingkat.
Selain kuliah memperdalam ilmu psikologi, juga bisa mengasah soft skill dan menambah pengalaman. Jadi, kamu menyesal kuliah di psikologi UNS? Jawabannya adalah TIDAK, aku sangat sangat bersyukur bisa kuliah di psikologi UNS karena di sinilah aku bisa mengembangkan diri sesuai dengan passionku yang sekarang, menjadi seorang psikolog klinis, Insya Allah. Aamiin ya Robbal ‘alamin. I Love Psychology.
Meski aku dulunya tak ingin di sini. Cita2ku dulu menjadi seorang akuntan, karena prospeknya cerah. Maka, setelah lulus SMA, aku mendaftar di beberapa universitas yang berjuruskan akuntansi. Idealis memang. Mungkin juga tidak realistis bagi beberapa orang di sekitarku karena aku sekolah di jurusan IPA, tapi tertarik dan mendaftar di jurusan rumpun sosial-ekonomi, akuntansi.
Motivasiku mungkin pertama dari kedua kakakku yang mengambil kuliah jurusan manajemen dan perpajakan. Saudara2 sepupuku mayoritas berkuliah di jurusan akuntansi. Mungkin berkiblat dari situlah, aku bersikeras untuk menembus jurusan itu.
Awalnya aku ditawari PMDK UI. Waktu itu bulan Januari 2010. Aku berusaha up to date informasi perkuliahan dari BK, internet, kakak tingkat, pokoknya tanya sana sini. Googling sana sini, meskipun waktu itu fasilitas internet aku dapatkan dari HP (males bolak balik warnet). Akhirnya setelah mempertimbangkan berbagai hal, aku mendaftar PMDK akuntansi UI. Berani sekali mungkin. Guru BK saja sudah mengingatkan, tahun lalu kakak tingkat ada yang tidak lolos masuk akuntansi UI, karena dari IPA. Tapi dengan segala keidealisan, aku mendaftarnya. Dan aku harus mengikhlaskannya karena aku tidak diterima di jurusan ini.
Aku pun mendaftar akuntansi UI melalui jalur lainnya, SIMAK UI dan UMB. Lagi2 juga tidak ada yang diterima. Akhirnya aku mendaftar UM UGM, dengan menempatkan akuntansi pada urutan pertama tentunya. Dan lagi2 juga tidak diterima. Mungkin juga karena pengetahuan sosial-ekonomiku belum terasah dibandingkan dengan anak IPS lain. Intinya kalah bersaing. Air mataku mungkin sampai habis karena tidak kunjung diterima di universitas. Sampai akhirnya aku menurunkan idealisku dengan mempertimbangkan psikologi sebagai alternatif lain. Aku juga menurunkan grade di SNMPTN, karena UI dan UGM kuotanya sangat sedikit. Dan aku juga harus mengalah, dengan menembak UNS sebagai tempat kuliahku. Padahal aku belum pernah ke Solo sama sekali. Tapi biarlah karena yang kuota UNS memang paling besar di SNMPTN dan biaya hidup juga lebih miring dibandingkan dengan kota lainnya.
Berikut jurusan yang aku pilih pada saat mendaftar kuliah:
1.PMDK UI
Akuntansi
2.UM UGM
Akuntansi
Ilmu Gizi
Psikologi
3.SIMAK UI
Akuntansi
Ilmu Gizi
Psikologi
4.UMB
Psikologi UI
Kesehatan Masyarakat UI
Gizi UI
Akuntansi UNNES
5.SNMPTN
Akuntansi UNS
Psikologi UNS
Peternakan UNDIP
6.STAN
Perpajakan
PBB
Akuntansi
Setelah ditolak semua dari nomer 1 sampai dengan 4, aku pun mengikuti ujian SNMPTN. Soal2 Ujian Masuk sudah aku pelajari, dari yang offline sampai online. Untuk SNMPTN, aku hanya mempelajari buku SNMPTN pemberian mbakku, sepintas saja. Aku malah mantengin belajar di STAN. Karena soal SNMPTN itu lebih susah dan njlimet, harus pake trik untuk mengerjakannya.
Ujian SNMPTN dan STAN berturut2. Setelah SNMPTN, barulah USM STAN. Aku bolak balik ke Jogja untuk ujian tersebut.
Waktu pengumuman SNMPTN, aku sudah pasrah. Aku sangat pesimis dan memikirkan kemungkinan terburuk diterima di peternakan, dan aku harus bisa menjadi peternak yang sukses. Dan takdir berkata lain. Allah menghendaki aku kuliah di Psikologi UNS. Subhanallah. Aku sangat bahagia sekali waktu itu karena diterima di PTN dengan jerih payahku selama ini.
Akan tetapi, keinginan untuk menjadi akuntan masih tersimpan. Waktu itu pertama kali aku ke Solo, aku merasakan inilah kampusku. Tapi nuraniku berkata, apakah aku bisa mendalami dan tertarik di psikologi?
Aku masih berharap untuk diterima STAN. Tapi takdir berkata lain, STAN menolakku.
Akhirnya dengan bersyukur, aku mengikuti perkuliahan di psikologi UNS. Meskipun aku masih asing dengan apa itu psikologi. Bagaimana prospek ke depannya? Apakah materinya menarik ya? Hmm.
Semester 1. Mata kuliah yang berbau psikologi baru 1, yaitu psikologi umum I, sebagai dasar untuk mempelajari ilmu lainnya. Sering banget pas semester 1 pas lagi pelajaran sampai ketiduran. Ya, karena materinya masih sangat membosankan, masih berbau SMA. Pikirku waktu itu. Tapi gimana pun, aku harus mengupayakan yang terbaik karena di sinilah aku bertahan dan menuntut ilmu. Aku tidak boleh mengecewakan orang2 yang ku sayang.
Semester 2. Materi yang berbau psikologi makin banyak, tetapi baru pengantar. Hmm, cukup menarik dan aku bersemangat kuliah semester ini. Di samping semangat kuliah, aku nyambi belajar untuk USM STAN 2011. Sejak bulan Januari aku mempelajari materi TPA dan TOEFL. Dan update info tentunya. Hingga bulan Juni aku menekuni materi USM STAN. Ya, dalam lubuk hatiku, aku ingin mengejar mimpiku, menjadi seorang akuntan. Tapi apa dikata, ketika pengumuman pendaftaran dibuka, ternyata peraturannya baru. Aku tidak masuk kualifikasi pendaftaran tentang usia. Usiaku 20 tahun lebih 1 bulan per September 2011. Ya Robb, aku menangis sejadi2nya. Jalan untuk menuju mimpi rasannya tertutup begitu saja. Usahaku untuk belajar seakan sia2. Akhirnya dengan penuh perenungan. Ya, mungkin menjadi akuntan bukan yang terbaik. Psikologi, itulah jalan terbaik yang sedang kau tempuh. Aku pun mulai mencintai psikologi sepenuh hati.
Semester 3 aku kuliah dengan semangat menggebu. Dan mengubur impianku untuk kuliah di jurusan akuntansi. Realistisku sekarang bisa mengalahkan idealisku.
Alangkah bahagianya aku, di sini aku menemukan teman-teman terbaik yang pernah aku miliki. Teman dari berbagai daerah dengan berbagai karakter dan ceritanya masing2. Teman2 kost yang penuh dengan kekeluargaan, sahabat2 kampus yang menyenangkan, teman2 organisasi yang menentramkan. Belum lagi dosen yang berwibawa dan intelektual, TU yang kocak, satpam yang ramah, ibu kantin yang selalu menyediakan makanan untuk perut lapar kami. Kakak tingkat yang menginspirasi. Adik tingkat yang menghormati. Semuanya ada di sini, di psikologi UNS tercinta.
Belum lagi menjadi panitia proker2 Himapsi. Dari workshop broadcasting, Lomba Cerpen Islami, Baksos, Serunai Ramadhan, Seminar Psikologi Islam, Wisuda, Kajian Bareng, Islamic Discussion, Osmaru. Selain menjadi panitia juga menjadi peserta seminar, antara lain seminar adiksi seksual, seminat kesehatan mental, kuliah umum, dan sebagainya. Dalam seminar ku temukan sosok2 yang menginspirasi, salah satunya Tika Bisono, S.Psi, M.PsiT.
Selain itu ada makrab, foto angkatan, jalan sehat, Study Visit ke Jakarta (salah satunya ke UI), membeli buku pelajaran ke Shopping Jogja bareng2, dan menghadiri wisuda kakak tingkat.
Selain kuliah memperdalam ilmu psikologi, juga bisa mengasah soft skill dan menambah pengalaman. Jadi, kamu menyesal kuliah di psikologi UNS? Jawabannya adalah TIDAK, aku sangat sangat bersyukur bisa kuliah di psikologi UNS karena di sinilah aku bisa mengembangkan diri sesuai dengan passionku yang sekarang, menjadi seorang psikolog klinis, Insya Allah. Aamiin ya Robbal ‘alamin. I Love Psychology.
Minggu, 29 Januari 2012
Surat Izin Mengemudi
Berikut ini adalah narasi pembuatan SIM pertamaku. Akhirnya aku bisa mencoret satu mimpi, yaitu bikin SIM.
Sabtu, 28 Januari 2012.
Jam 8 aku dan masku berangkat ke Kantor Polres Wonosobo dengan kecepatan standar dan menggunakan helm standar juga. Lalu kami parkir motor di seberang polres, yaitu di halaman Inka.
Setelah itu, aku mampir ke loket pendaftaran SIM.
Aku : Pak,saya mau bikin SIM.
Pak Pol : SIM baru atau perpanjang?
Aku : Baru pak.
Pak Pol : Udah ada surat keterangan sehat dan sidik jari belum?
Aku : Belum pak.
Pak Pol : Ya udah bikin dulu di kantor sebelah sana ya.
Aku dan masku melangkah ke kantor sebelah. Kantor khusus untuk pemeriksaan kesehatan. Terlihat kuno sih bangunannya.
Aku : Bu, saya mau bikin surat keterangan sehat buat bikin SIM.
Ibu 1 : Oke Bu (catat : aku dipanggil ibu), satu lembar foto kopi KTP.
Aku : (menyerahkan foto kopian)
Ibu 1 : Wah, namanya bagus sekali ya. Citra Tunggadewi. Oh, baru 20 tahun ya. Silakan nimbang berat badan dulu mbak (ini baru bener).
Aku : (menimbangkan diri)
Ibu 1: 51 kg. Sekarang ukur tinggi badannya. Oh, 160 cm (beratku ideal berarti, ayeeee).
Ibu 1 : Silakan langsung diperiksa di ruang sebelah ya mbak.
Ibu 2 : Silakan mbak, masuk dulu.
Aku masuk ke ruangan sebelah yang ternyata di sana hanya ada bapak2 dokter polisi kali ya.
Di sana Cuma disuruh bolak-balik telapak tangan dan diperiksa matanya (bukan di-KIR loh, Cuma dibelalakin gitu)
Bapak DokPol : 25 ribu mbak.
Aku : Oke pak. Makasih ya.
Sambil berlalu mengucapkan terima kasih kepada ibu 1 dan ibu 2, aku keluar ruangan. Lalu aku dan masku ke kantor yang ngurusin sidik jari. Di sana mas2 30 tahunan yang ngurusin. Mas2nya ramah banget, ngajak ngobrol terus.
Aku : Mas, mau periksa sidik jari buat bikin SIM baru.
Mas : Oke (sambil mencatat biodata). Kuliah ya mbak?
Aku : Iya.
Mas : Di mana?
Aku : UNS.
Mas: N N, UNS?? Solo berarti ya.
Aku : Iya, UNS solo.
Mas : Ngekost atau di rumah saudara?
Aku : Ngekost.
Mas : Nha kalau ke Solo naik motor po?
Aku : Enggak, naik bus kok.
Mas : Nha terus ini ngapain bikin SIM?
Aku : Buat punya2 mas. Kan kadang disuruh naik motor di Solo. Tapi selalu terhalang karena gak punya SIM. Apalagi di Solo banyak polisi, hampir di tiap perempatan ada.
Mas : Di sini juga banyak polisi kali mbak. Yang penting kalo udah punya SIM udah tenang. Eh itu di luar kakaknya po?
Aku : Iya.
Mas : Kakaknya kuliah di mana?
Aku : Udah kerja n berkeluarga kok, di Wonosobo.
Mas : Oh.
Mas : Hmm, saya orang Solo juga lho.
Aku : Solonya mana?
Mas : Taunya mana? Bekonang tau gak?
Aku : G tau mas.
Mas : Ambil jurusan apa di UNS?
Aku : Psikologi.
Mas : Kampusnya di sebelah mana ya?
(Sambil berpikir apakah di UNS ada jurusan psikologi ya?)
Aku : Di Mesen mas, dekat Stasiun Jebres.
Mas : Oh ya ya.
Sini tangannya lemes aja, dioles2in lah kesepuluh jariku lalu dicap2in di kertas2.
Mas: Dielap pake elap tangannya.
Aku : (ngelap2 tangan)
Mas : Sambil meneropong dan membuat rumus sidik jari sambil bercerita bla bla bla.
Ini suratnya buat bikin SKCK juga ya. Difoto kopi, yang foto kopi buat daftar. Yang asli disimpen, siapa tau bikin SKCK juga. Lima ribu ya.
Aku : Oke, makasih ya.
Setelah itu aku mampir ke depan foto kopian dan kembali lagi ke polres. Di polres menyerahkan formulir dan menunggu nama dipanggil masku lagi ngobrol sama temen SMA yang sudah sekian lama gak bertemu.
Aku mengamati sekitar dan juga facebookan.
15 menit kemudian...
Namaku dipanggil untuk ikut tes tertulis.
Ada 13 orang yang tes SIM C pada hari ini. Di sebelahku duduklah adik kelas SMAku. Di situ kami dipandu dan diajarin ngerjain tes tertulis itu. Ada tombol vote nya, benar salah gitu. Jadi kayak kuis mamamia. Hahaha.
Setelah menjawab 30 pertanyaan. Ditunjukkin hasilnya. Dan hasilku paling rendah karena Cuma dapet skor 23, yang lain ada yang sampai 27. Minimal dikatakan lolos kalau skor 18. Hasil tes dicetak dan kami disuruh ttd. Lalu kami langsung cabut ke area tes praktik.
Di lapangan, kami diabsen. Dan diberi panduan tes praktik angka 8.
Pak Pol : Yak, bertemu dengan saya lagi. Kalian akan dites, saya absen dulu ya. Bla bla bla.
Oke, di sini saya akan menjelaskan tata cara tes praktik ini. Jadi nanti saudara2 memutari lapangan ini dengan 4 syarat:
1.Harus pakai helm.
2.Lampu harus nyala.
3.Kaki tidak boleh nyagak.
4.Tiang tidak boleh jatuh.
Oke, saya praktikkan ya. Wus wus wus. Pak polisi mengitari area angka 8 dengan lancar.
Lalu pak polisi memanggil nama sesuai urutan. Nomor 1, gagal, cowok padahal. Nomor 2 juga gagal. Sampai nomor 6 juga gagal. Dan tiba giliranku. Aku pasti bisa, aku pasti bisa.
Dan eng ing eng. Baru pertama ngelewatin portal pertama aja, aku udah mental n nyagak. Wakakakak. Susah ternyata.
Dan sampai nomer 13, gak ada yang lolos satupun.
Pak Pol : Hmm, sayang sekali, kloter hari ini kurang terampil semua. Silakan kembali lagi tahun depan ya. Ngulangi tes lagi tahun depan. Latihan dulu biar terampil (sambil ketawa sutra)
Si X : Tapi kan pak, katanya kalo mengendarai motor harus pake SIM, kalo gak nanti kecekel (ditangkap, bhs Jawa).
Pak Pol : Yauda, mau dipermudah kan? Ni waktunya juga udah mepet, tutup jam 11. Sekarang kalian balik ke polres lagi buat foto dan sidik jari ya. Habis itu diambil SIMnya. Tapi kalo mengendarai sepeda motor yang bener, yang tertib. Pake helm, lampu dinyalakan terus, lampu jangan ditempelin ya.
Semua : Hurray! Iyaaaa Paaaaaak.
Akhirnya aku dan masku kembali ke polres lagi.
Tak lama kemudian namaku dipanggil. Ada 4 orang yang masuk. Oke, buat mas X 120 ribu, buat yang 3 ini 220 ribu ya. Dalam hatiku, kenapa dibedain?
Oh ternyata mas X udah punya sertifikat mengemudi. Aku dan 2 orang lain belum punya jadi dibikinin sekalian
Pak : Nanti fotonya minggu depan ya?
Aku : Hah, minggu depan? Hari sabtu depan gitu pak?
Pak : Iya.
Aku langsung keluar dan menyampaikan pesan ini ke masku. Katanya foto minggu depan. Ah, masa sih. Coba liat teman serombonganku tadi, masih pada nunggu kok.
15 menit kemudian...
Namaku dipanggil buat foto.
Kami berenam ke ruang foto. Urutan pertama mas X. Ditanyain biodata, disuruh cap sidik jari online sama ttd online. Lalu diarahkan foto, jepret.
Seribu rupiah mas.
Nomor 2 adalah aku. Sama prosedurnya kayak tadi.
Setelah itu, aku nunggu di luar. Menunggu SIM jadi.
5 menit kemudian...
Citra Tunggadewi. Taraaaaa, SIMku sudah jadi.
Akhirnya setelah penantian 4 tahun, aku punya SIM juga. Setidaknya aku bisa bermotor dengan aman di jalan raya, walaupun belum punya motor pribadi.
Jam setengah 12 aku pulang. 3 jam pembuatan SIM resmi memang cukup lama, tapi banyak pengalamannya juga
:)
Sabtu, 28 Januari 2012.
Jam 8 aku dan masku berangkat ke Kantor Polres Wonosobo dengan kecepatan standar dan menggunakan helm standar juga. Lalu kami parkir motor di seberang polres, yaitu di halaman Inka.
Setelah itu, aku mampir ke loket pendaftaran SIM.
Aku : Pak,saya mau bikin SIM.
Pak Pol : SIM baru atau perpanjang?
Aku : Baru pak.
Pak Pol : Udah ada surat keterangan sehat dan sidik jari belum?
Aku : Belum pak.
Pak Pol : Ya udah bikin dulu di kantor sebelah sana ya.
Aku dan masku melangkah ke kantor sebelah. Kantor khusus untuk pemeriksaan kesehatan. Terlihat kuno sih bangunannya.
Aku : Bu, saya mau bikin surat keterangan sehat buat bikin SIM.
Ibu 1 : Oke Bu (catat : aku dipanggil ibu), satu lembar foto kopi KTP.
Aku : (menyerahkan foto kopian)
Ibu 1 : Wah, namanya bagus sekali ya. Citra Tunggadewi. Oh, baru 20 tahun ya. Silakan nimbang berat badan dulu mbak (ini baru bener).
Aku : (menimbangkan diri)
Ibu 1: 51 kg. Sekarang ukur tinggi badannya. Oh, 160 cm (beratku ideal berarti, ayeeee).
Ibu 1 : Silakan langsung diperiksa di ruang sebelah ya mbak.
Ibu 2 : Silakan mbak, masuk dulu.
Aku masuk ke ruangan sebelah yang ternyata di sana hanya ada bapak2 dokter polisi kali ya.
Di sana Cuma disuruh bolak-balik telapak tangan dan diperiksa matanya (bukan di-KIR loh, Cuma dibelalakin gitu)
Bapak DokPol : 25 ribu mbak.
Aku : Oke pak. Makasih ya.
Sambil berlalu mengucapkan terima kasih kepada ibu 1 dan ibu 2, aku keluar ruangan. Lalu aku dan masku ke kantor yang ngurusin sidik jari. Di sana mas2 30 tahunan yang ngurusin. Mas2nya ramah banget, ngajak ngobrol terus.
Aku : Mas, mau periksa sidik jari buat bikin SIM baru.
Mas : Oke (sambil mencatat biodata). Kuliah ya mbak?
Aku : Iya.
Mas : Di mana?
Aku : UNS.
Mas: N N, UNS?? Solo berarti ya.
Aku : Iya, UNS solo.
Mas : Ngekost atau di rumah saudara?
Aku : Ngekost.
Mas : Nha kalau ke Solo naik motor po?
Aku : Enggak, naik bus kok.
Mas : Nha terus ini ngapain bikin SIM?
Aku : Buat punya2 mas. Kan kadang disuruh naik motor di Solo. Tapi selalu terhalang karena gak punya SIM. Apalagi di Solo banyak polisi, hampir di tiap perempatan ada.
Mas : Di sini juga banyak polisi kali mbak. Yang penting kalo udah punya SIM udah tenang. Eh itu di luar kakaknya po?
Aku : Iya.
Mas : Kakaknya kuliah di mana?
Aku : Udah kerja n berkeluarga kok, di Wonosobo.
Mas : Oh.
Mas : Hmm, saya orang Solo juga lho.
Aku : Solonya mana?
Mas : Taunya mana? Bekonang tau gak?
Aku : G tau mas.
Mas : Ambil jurusan apa di UNS?
Aku : Psikologi.
Mas : Kampusnya di sebelah mana ya?
(Sambil berpikir apakah di UNS ada jurusan psikologi ya?)
Aku : Di Mesen mas, dekat Stasiun Jebres.
Mas : Oh ya ya.
Sini tangannya lemes aja, dioles2in lah kesepuluh jariku lalu dicap2in di kertas2.
Mas: Dielap pake elap tangannya.
Aku : (ngelap2 tangan)
Mas : Sambil meneropong dan membuat rumus sidik jari sambil bercerita bla bla bla.
Ini suratnya buat bikin SKCK juga ya. Difoto kopi, yang foto kopi buat daftar. Yang asli disimpen, siapa tau bikin SKCK juga. Lima ribu ya.
Aku : Oke, makasih ya.
Setelah itu aku mampir ke depan foto kopian dan kembali lagi ke polres. Di polres menyerahkan formulir dan menunggu nama dipanggil masku lagi ngobrol sama temen SMA yang sudah sekian lama gak bertemu.
Aku mengamati sekitar dan juga facebookan.
15 menit kemudian...
Namaku dipanggil untuk ikut tes tertulis.
Ada 13 orang yang tes SIM C pada hari ini. Di sebelahku duduklah adik kelas SMAku. Di situ kami dipandu dan diajarin ngerjain tes tertulis itu. Ada tombol vote nya, benar salah gitu. Jadi kayak kuis mamamia. Hahaha.
Setelah menjawab 30 pertanyaan. Ditunjukkin hasilnya. Dan hasilku paling rendah karena Cuma dapet skor 23, yang lain ada yang sampai 27. Minimal dikatakan lolos kalau skor 18. Hasil tes dicetak dan kami disuruh ttd. Lalu kami langsung cabut ke area tes praktik.
Di lapangan, kami diabsen. Dan diberi panduan tes praktik angka 8.
Pak Pol : Yak, bertemu dengan saya lagi. Kalian akan dites, saya absen dulu ya. Bla bla bla.
Oke, di sini saya akan menjelaskan tata cara tes praktik ini. Jadi nanti saudara2 memutari lapangan ini dengan 4 syarat:
1.Harus pakai helm.
2.Lampu harus nyala.
3.Kaki tidak boleh nyagak.
4.Tiang tidak boleh jatuh.
Oke, saya praktikkan ya. Wus wus wus. Pak polisi mengitari area angka 8 dengan lancar.
Lalu pak polisi memanggil nama sesuai urutan. Nomor 1, gagal, cowok padahal. Nomor 2 juga gagal. Sampai nomor 6 juga gagal. Dan tiba giliranku. Aku pasti bisa, aku pasti bisa.
Dan eng ing eng. Baru pertama ngelewatin portal pertama aja, aku udah mental n nyagak. Wakakakak. Susah ternyata.
Dan sampai nomer 13, gak ada yang lolos satupun.
Pak Pol : Hmm, sayang sekali, kloter hari ini kurang terampil semua. Silakan kembali lagi tahun depan ya. Ngulangi tes lagi tahun depan. Latihan dulu biar terampil (sambil ketawa sutra)
Si X : Tapi kan pak, katanya kalo mengendarai motor harus pake SIM, kalo gak nanti kecekel (ditangkap, bhs Jawa).
Pak Pol : Yauda, mau dipermudah kan? Ni waktunya juga udah mepet, tutup jam 11. Sekarang kalian balik ke polres lagi buat foto dan sidik jari ya. Habis itu diambil SIMnya. Tapi kalo mengendarai sepeda motor yang bener, yang tertib. Pake helm, lampu dinyalakan terus, lampu jangan ditempelin ya.
Semua : Hurray! Iyaaaa Paaaaaak.
Akhirnya aku dan masku kembali ke polres lagi.
Tak lama kemudian namaku dipanggil. Ada 4 orang yang masuk. Oke, buat mas X 120 ribu, buat yang 3 ini 220 ribu ya. Dalam hatiku, kenapa dibedain?
Oh ternyata mas X udah punya sertifikat mengemudi. Aku dan 2 orang lain belum punya jadi dibikinin sekalian
Pak : Nanti fotonya minggu depan ya?
Aku : Hah, minggu depan? Hari sabtu depan gitu pak?
Pak : Iya.
Aku langsung keluar dan menyampaikan pesan ini ke masku. Katanya foto minggu depan. Ah, masa sih. Coba liat teman serombonganku tadi, masih pada nunggu kok.
15 menit kemudian...
Namaku dipanggil buat foto.
Kami berenam ke ruang foto. Urutan pertama mas X. Ditanyain biodata, disuruh cap sidik jari online sama ttd online. Lalu diarahkan foto, jepret.
Seribu rupiah mas.
Nomor 2 adalah aku. Sama prosedurnya kayak tadi.
Setelah itu, aku nunggu di luar. Menunggu SIM jadi.
5 menit kemudian...
Citra Tunggadewi. Taraaaaa, SIMku sudah jadi.
Akhirnya setelah penantian 4 tahun, aku punya SIM juga. Setidaknya aku bisa bermotor dengan aman di jalan raya, walaupun belum punya motor pribadi.
Jam setengah 12 aku pulang. 3 jam pembuatan SIM resmi memang cukup lama, tapi banyak pengalamannya juga
:)
Kucing-kucingan
Rabu, 25 Januari 2012
Jam setengah 2an, aku, tante, Resy, dan Reza pergi ke rumah masku, karena tanteku penasaran sekali dengan rumah masku. Besok tante akan pulang ke rumahnya di Sukabumi. Kita naik bus dan dilanjutkan dengan naik angkot. Kemudian pas sudah sampai di depan gang, dijemput masku, dilangsir dua2.
Di rumah masku ada kucing persia abu2 yang bernama Remi. Akan tetapi, Remi mau ditukar sama yang lain. Bulunya mbrodoli kayak rambut soalnya. Si Remi ini lulut sekali dengan orang yang belum kenal. Imutnyaaaa.
Foto Remi
Bagaimana dengan Si Hitam? You know what, kali ini Si Hitam sangat tidak bersahabat. Bajuku dipipisin coba. Padahal selama ini Si Hitam pip dan pup di toilet. Kayaknya kebawa aura jahilnya para 2 tuyul sepupuku, Si Hitam jadi jahat. Oh iya, Si Hitam juga galak banget sama Si Remi, iri akan keimutan Remi kali ya. Ah, Si Hitam pengennya diperhatikan.
Foto adik sepupuku
Foto Si Hitam (Episode 2)
Foto Si Putih (Episode 2)
Jam setengah 2an, aku, tante, Resy, dan Reza pergi ke rumah masku, karena tanteku penasaran sekali dengan rumah masku. Besok tante akan pulang ke rumahnya di Sukabumi. Kita naik bus dan dilanjutkan dengan naik angkot. Kemudian pas sudah sampai di depan gang, dijemput masku, dilangsir dua2.
Di rumah masku ada kucing persia abu2 yang bernama Remi. Akan tetapi, Remi mau ditukar sama yang lain. Bulunya mbrodoli kayak rambut soalnya. Si Remi ini lulut sekali dengan orang yang belum kenal. Imutnyaaaa.
Foto Remi
Bagaimana dengan Si Hitam? You know what, kali ini Si Hitam sangat tidak bersahabat. Bajuku dipipisin coba. Padahal selama ini Si Hitam pip dan pup di toilet. Kayaknya kebawa aura jahilnya para 2 tuyul sepupuku, Si Hitam jadi jahat. Oh iya, Si Hitam juga galak banget sama Si Remi, iri akan keimutan Remi kali ya. Ah, Si Hitam pengennya diperhatikan.
Foto adik sepupuku
Foto Si Hitam (Episode 2)
Foto Si Putih (Episode 2)
Sabtu, 28 Januari 2012
The Wedding Egar and Irfan
Sabtu, 21 Januari 2012
Mbakku melangsungkan pernikahannya dengan Mas Irfan hari ini di Rumah Makan Wonoboga. Diawali dengan akad nikah dari wali dan penguhulu, maka sudah dinyatakan sah pernikahannya. Setelah itu, kami berfoto ria di pelaminan. Jam 11an, tamu sudah datang. Ada guru SMA dan SMPku juga loh. Resepsi ini didatangi kurang lebih 400 tamu undangan. Sekitar jam 14.00 acara selesai dan makanan sudah dibersihkan. Dan akhirnya dihidangkan lagi karena ada teman mbakku dari Jakarta yang kena macet, jadi datang telat.
Setelah datang, berfoto ria dan makan, acara ini berakhir. Aku mengurus sisa catering. Dan ternyata ada satu tamu yang ketinggalan lagi. Akhirnya ku ajak ke rumah buat menemui mbakku. Kasian juga jauh2 dari Jakarta.
Dan aku resmi menjadi satu2nya anak ibu yang masih single xD
Barokallahulakuma wa baroka ‘alaikuma wa jama’a bainakuma fii khoir...
Selamat menempuh hidup baru mbakku. Semoga menjadi keluarga sakinah, mawadah, dan warohmah. Met milad juga, barokallahu fii umrik. U’re the best sister for me for now, tomorrow, and forever...
Foto Akad Nikah
Foto Resepsi
Theme Song
You are Very Special by Zain Bhikha
You are very special
There's no one just like you
Created by the Master
Allah created you
You are very special
Exclucively designed
You are very special
And I'm so glad you're mine
You make by Allah
He fashioned your heart
You were made by Allah
He knew you from the start
You were made by Allah
Unique in all your ways
You were made by Allah
To praise Him all your days
Bright litlle eyes He gave you
To help you find your way
May Allah grant the wisdom
To see through each day
You are very special
Theres only one of you
You are very special
And remember I love you
Whatever life will bring you
Whenever you will bear
Remember your Creator
Allah is always there
And when your world is crumbling
With pain and darkness too
Just look into your heart
Allah is there for you
Mbakku melangsungkan pernikahannya dengan Mas Irfan hari ini di Rumah Makan Wonoboga. Diawali dengan akad nikah dari wali dan penguhulu, maka sudah dinyatakan sah pernikahannya. Setelah itu, kami berfoto ria di pelaminan. Jam 11an, tamu sudah datang. Ada guru SMA dan SMPku juga loh. Resepsi ini didatangi kurang lebih 400 tamu undangan. Sekitar jam 14.00 acara selesai dan makanan sudah dibersihkan. Dan akhirnya dihidangkan lagi karena ada teman mbakku dari Jakarta yang kena macet, jadi datang telat.
Setelah datang, berfoto ria dan makan, acara ini berakhir. Aku mengurus sisa catering. Dan ternyata ada satu tamu yang ketinggalan lagi. Akhirnya ku ajak ke rumah buat menemui mbakku. Kasian juga jauh2 dari Jakarta.
Dan aku resmi menjadi satu2nya anak ibu yang masih single xD
Barokallahulakuma wa baroka ‘alaikuma wa jama’a bainakuma fii khoir...
Selamat menempuh hidup baru mbakku. Semoga menjadi keluarga sakinah, mawadah, dan warohmah. Met milad juga, barokallahu fii umrik. U’re the best sister for me for now, tomorrow, and forever...
Foto Akad Nikah
Foto Resepsi
Theme Song
You are Very Special by Zain Bhikha
You are very special
There's no one just like you
Created by the Master
Allah created you
You are very special
Exclucively designed
You are very special
And I'm so glad you're mine
You make by Allah
He fashioned your heart
You were made by Allah
He knew you from the start
You were made by Allah
Unique in all your ways
You were made by Allah
To praise Him all your days
Bright litlle eyes He gave you
To help you find your way
May Allah grant the wisdom
To see through each day
You are very special
Theres only one of you
You are very special
And remember I love you
Whatever life will bring you
Whenever you will bear
Remember your Creator
Allah is always there
And when your world is crumbling
With pain and darkness too
Just look into your heart
Allah is there for you
Rabu, 11 Januari 2012
Our Pets
Well, kali ini aku akan menceritakan hewan peliharaan. Eits, jangan salah, ini bukan blog tentang binatang loh. Kemarin aku menginap di rumah kakak laki-lakiku. Karena masku adalah penyayang binatang, aku pun langsung dihampiri oleh seekor kucing albino. Eh salah, ternyata ada dua ekor. Cuma yang satu agak pemalu dan penakut, namanya Si Putih karena bulunya berwarna putih. Nah, kalo Si Hitam adalah kucing anakan penurut dan kucing istimewa.
Mamas : Wi, ini kucing istimewa loh.
Aku : Emang bisa ngapain aja?
Mamas : Bisa nonton TV dan ngaca.
Aku : Hah, bisa mbaca??
Mamas : Ngaca, mana mungkin ada kucing bisa mbaca.
Aku : Yaudin mas, disuruh ikutan sirkus aja (ngasal).
Ini foto Si Hitam. Waktu ku foto, Si Hitam diam aja, nggak bergerak. Bener2 kayak boneka. Narsis juga nih Si Hitam, si kucing ekstrovert. Hehehe :p
Kalo yang ini adalah foto Si Hitam dan Si Putih sedang bercengkrama #yaela
Ngomong2 soal animals nih, masku ini pernah memelihara monyet loh. Namanya Doglas. Dulu aku akrab banget sama Si Doglas ini. Si Doglas juga hebat, bisa nyabutin rumput dan berenang di kolam ikan. Tapi Si Doglas sudah dijual, mungkin sudah kawin dengan gebetannya. Berikut foto si Doglas yang ku punya.
Sebenarnya masih ada peliharaan lain, seperti ular dan biawak. Tapi aku agak jijay dengan hewan melata dan amfibi ini. Jadi aku nggak punya gambarnya.
Kalo aku dulu sempet ngrawat kura-kura. Aku memanggilnya Si Tora. Si Tora ini milik mbakku. Aku merawatnya dari tahun 2005 hingga 2010. Sejak aku kuliah, Si Tora dirawat oleh mbakku di kolam ikan koi di rumah tinggalnya di Jogja.
Coba tebak, Tora yang mana? Hehehe :D
Pesan Moral : Latihlah hewan peliharaan Anda supaya bisa main sirkus.
Mamas : Wi, ini kucing istimewa loh.
Aku : Emang bisa ngapain aja?
Mamas : Bisa nonton TV dan ngaca.
Aku : Hah, bisa mbaca??
Mamas : Ngaca, mana mungkin ada kucing bisa mbaca.
Aku : Yaudin mas, disuruh ikutan sirkus aja (ngasal).
Ini foto Si Hitam. Waktu ku foto, Si Hitam diam aja, nggak bergerak. Bener2 kayak boneka. Narsis juga nih Si Hitam, si kucing ekstrovert. Hehehe :p
Kalo yang ini adalah foto Si Hitam dan Si Putih sedang bercengkrama #yaela
Ngomong2 soal animals nih, masku ini pernah memelihara monyet loh. Namanya Doglas. Dulu aku akrab banget sama Si Doglas ini. Si Doglas juga hebat, bisa nyabutin rumput dan berenang di kolam ikan. Tapi Si Doglas sudah dijual, mungkin sudah kawin dengan gebetannya. Berikut foto si Doglas yang ku punya.
Sebenarnya masih ada peliharaan lain, seperti ular dan biawak. Tapi aku agak jijay dengan hewan melata dan amfibi ini. Jadi aku nggak punya gambarnya.
Kalo aku dulu sempet ngrawat kura-kura. Aku memanggilnya Si Tora. Si Tora ini milik mbakku. Aku merawatnya dari tahun 2005 hingga 2010. Sejak aku kuliah, Si Tora dirawat oleh mbakku di kolam ikan koi di rumah tinggalnya di Jogja.
Coba tebak, Tora yang mana? Hehehe :D
Pesan Moral : Latihlah hewan peliharaan Anda supaya bisa main sirkus.
Jumat, 06 Januari 2012
Jalan Kenangan
Prameks
Langganan:
Postingan (Atom)